12 Juli 2016

Sekilas Mengenai Lamaran dan Tunangan dalam Adat Jawa Yogyakarta

Setelah diputuskan bersama pada tanggal 28 Agustus 2016 nanti, mas Indra dan keluarga besarnya akan datang untuk melamar. Sebelumnya kami berdua masih bingung apakah acara yang akan kita lakukan itu lamaran ataukah tunangan. Nah, mungkin juga banyak yang bingung mengenai perbedaan lamaran dan tunangan, berikut bakal aku ringkas dari beberapa sumber mengenai tatacara lamaran dan tunangan dalam adat Jawa khususnya untuk Yogyakarta.
  1. Lamaran secara personal (Informal). Dilakukan oleh seorang pria menyatakan keseriusannya untuk melamar, dalam hal ini calon mempelai pria datang ke rumah orang tua calon mempelai wanita sendiri dan menyatakan keseriusan, kesiapan (ekonomi), niat dan tekad yang tulus untuk menikahi calon mempelai wanita dengan kesungguhan cinta dan agama. Disini Calon mempelai Pria kemudian membicarakan dan meminta konfirmasi waktu (jam, hari dan tanggal) kepada orang tua calon mempelai wanita untuk melaksanakan Lamaran Semi Formal selanjutnya. Dalam kasus yang aku alami, disini mas Indra melakukan pembicaraan kepada bapak dan ibu dan mengutarakan niatnya untuk melamar.
  2.  
    Maunya dilamar yang romantis gini atuhlaah.. :p
     
  3. Lamaran semi formal (Tembungan). Calon mempelai Pria datang (sesuai konfirmasi waktu yang telah ditentukan sebelumnya) dengan didampingi oleh kedua orang tua, kerabat dan saudara-saudara (dalam hal ini, bisa hanya saudara / kakak laki laki/ orang yang dituakan dalam adat jika kedua orang tua sudah meninggal).
    Kemudian Orangtua dari Calon mempelai Pria menanyakan apakah putri tersebut (Calon Mempelai Wanita) belum mempunyai/ tidak mempunyai suami untuk dijadikan istri dan menantunya kepada Orangtua Calon mempelai Wanita. Setelah mendapat jawaban dari Orangtua Calon mempelai wanita bahwa Putri tersebut belum/tidak mempunyai suami kemudian ditentukan waktu (jam, hari dan tanggal) Pernikahan. Biasanya Waktu pernikahan (Hari Pernikahan) dihitung dan ditentukan selanjutnya, supaya tidak terjadi salah paham antara kedua belah pihak. Dalam proses ini nanti, proses lamaran ini akan kami satukan dengan acara tunangan, mengingat waktu yang sudah tidak memadai jika harus ada tembungan dulu, karena mas Indra tidak bisa pulang ke Jogja dalam waktu dekat. Berdasarkan pengalaman, proses tembungan ini biasanya dilakukan oleh CPP didampingi orang tua dan yang dituakan dalam keluarganya (misal pakdhe atau om-nya) datang ke kediaman CPW untuk melamar.
  4.  
  5. Tunangan dan Liru Kalpika. Tukar cincin dalam adat Jawa juga sering disebut sebagai Liru Kalpika, prosesi tukar cincin ini biasanya pertama kali dilakukan saat tunangan sebagai tanda Paningsetan. Peningsetan berasal dari kata singset, artinya mengikat erat antara putra putri kedua pihak dan para orang tua penganten yang akan menjadi besan. Prosesi ini mengandung makna bahwa kedua calon pasangan telah seiya-sekata untuk melangsungkan kehidupan rumah tangga. Dalam proses pertunangan ini adalah sebagai masa persiapan untuk calon mempelai pria dan wanita untuk mempersiapkan pernikahan. Cincin akan dipasangkan oleh orang tua (biasanya ibu) kepada calon mempelai, misalkan cincin untuk calon mempelai wanita dipasangkan oleh ibu calon mempelai pria, dan cincin untuk calon mempelai pria dipasangkan oleh ibu calon mempelai wanita. Dalam adat Jawa, cincin haruslah cincin sepasang karena sebagai tanda ikatan, jika hanya satu misal hanya untuk calon mempelai wanita saja, berarti yang diikat hanya calon mempelai wanita, calon mempelai pria seperti tidak terikat dan masih bebas. Cincin disematkan pada jari manis tangan kiri, cincin ini biasanya adalah cincin yang sama yang akan digunakan untuk pernikahan, yang kemudian dipindahkan ke jari manis tangan kanan setelah menikah. Namun, semua kembali lagi kepada kesanggupan dari calon mempelai, karena ada juga yang menggunakan cincin yang berbeda untuk tunangan dan pernikahan.
Nah itu tadi penjelasan singkat yang ternyata nggak singkat, hahaha...
Ribet yaa prosesnya, namanya juga masih menjunjung adat ketimuran... Karena aku dan mas Indra adalah orang Yogyakarta tulen, maka kami tetap menginginkan adanya prosesi adat dalam acara kami nanti...

Yuk buat yang masih bingung mau acara lamaran aja atau sampe ke tunangan, mending didiskusikan dulu dengan orang tua, karena balik lagi konsep acara kan nggak saklek dan masih bisa disesuaikan dengan kondisi dan keinginan kita...

Selamat berpusing-pusing ria... Hihihiii...

2 komentar:

  1. halo mba, aku mau tanya. waktu mba lamaran sekaigus tunangan itu, dari pihak pria bawa hantaran apa ya untuk wanitanya ?

    BalasHapus
  2. Maaf mas/mbk saya mau brtnya dan tolong dijawab ya,pada saat lamaran apakah ada uang pasesen? (Uang untuk para saksi?)

    BalasHapus

Hai-hai... Boleh banget loh kalo ada yang mau berkomentar, asal jangan SARA yaa... Monggo-monggo, bagaimana pendapatnya mengenai post diatas?